Senin, 23 Juni 2014

PEMBAHARUAN ISLAM MUHAMMADIYAH “Karakter Muhammadiyah”




MAKALAH
PEMBAHARUAN ISLAM MUHAMMADIYAH
“Karakter Muhammadiyah”




Disusun Untuk Memenuhi
Tugas Mata Kuliah
Studi Islam 2

Oleh :
M. Abdulloh
 

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN GEOGRAFI
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH PURWOKERTO
2014


KATA PENGANTAR
Puji syukur kami panjatkan ke hadirat Allah Subhanahu wata΄ala, karena berkat rahmat-Nya kami bisa menyelesaikan makalah yang berjudul Pembaharuan Islam Muhammadiyah “Karakter Muhammadiyah”. Makalah ini diajukan guna memenuhi tugas mata kuliah Studi Islam 2. 
Penyusunan makalah ini dibuat atas bantuan dari berbagai pihak. Semoga amal kebaikannya dapat diterima oleh Allah SWT. Amin. Makalah ini masih jauh dari sempurna, oleh karena itu, kritik dan saran yang bersifat membangun sangat kami harapkan demi sempurnanya makalah ini.
Semoga makalah ini dapat bermanfaat untuk semua yang membacanya. Amin.



Penyusun










DAFTAR ISI
Halaman
   HALAMAN JUDUL ………………………………………………                                i 
  KATA PENGANTAR...…………….........…………………...........                          ii
DAFTAR ISI ………………………………………………………………                         iii
BAB I PENDAHULUAN …………………………………………………                                    1
1.1. Latar Belakang Masalah…….…………………………………                         1
1.2. Perumusan Masalah …………………………………………...                         1
1.3. Tujuan dan Kegunaan Makalah ………………………………..                        1         
BAB II PEMBAHASAN      ………………………………………………                        2
            2.1. Muhammadiyah Multi Wajah      …….…..………………………                     2
            2.2. Islam Moderat…..……………………………………………...                         6
2.3. Kepribadian Muhammadiyah……………………………………                      9
 BAB III PENUTUP …………………………………………………………                     13
            3.1. Kesimpulan ………………………………………………………                     13
DAFTAR PUSTAKA ……………………………………………………………..             14

 


BAB I
PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang
Karakter Muhammadiyah. ”Muhammadiyah adalah gerakan yang menampilkan banyak wajah. Dari jauh nampak doktriner. Tetapi dilihat dari dekat, kita menyadari ada sedikit sistematisasi teologis. Apa yang ada di sana agaknya merupakan suatu susunan ajaran moral yang diambil langsung dari Al-Qur’an dan Hadits. Nampak ekslusif bila dipandang dari luar, tetapi sesungguhnya tampak terbuka bila berada di dalamnya. Secara organisatoris nampak membebani, akan tetapi sebenarnya Muhammadiyah merupakan suatu kumpulan individu yang sangat menghargai pengabdian pribadi. Nampak sebagai organisasi yang sangat disiplin, akan tetapi sebenarnya tidak ada alat pendisiplinan yang efektif selain kesadaran masing-masing. Nampak agresif dan fanatik, akan tetapi sesungguhnya cara penyiarannya perlahan-lahan dan toleran. Nampak anti-Jawa, akan tetapi sebenarnya dalam banyak hal mewujudkan sifat baik orang Jawa..”
Latar belakang yang mewarnai dilahirnya Kepribadian Muhammadiyah ialah masuknya pemikiran dan cara-cara politik dalam mengolah dan menggerakkan Muhammadiyah setelah Masyumi  di bubarkan dan orang-orang Muhammadiyah yang berkecimpungan di partai politik islam tersebut kembali ke Muhammadiyah .

1.2. Perumusan Masalah
1.      Bagaimana Muhammadiyah sebagai multi wajah ?
2.      Bagaimana dan apa yang dimaksud Islam Moderat ?
3.      Bagaimana Kepribadian Muhammadiyah ?
1.3. Tujuan dan Kegunaan Masalah
1.3.1 Tujuan Makalah
1.3.1.1. Untuk mengetahuhi bagaimana muhammadiyah multi wajah
1.3.1.2. Untuk mengetahui bagaimana Islam moderat
1.3.1.3. Untuk mengetahui bagaimana kepribadian muhammadiyah
1.3. 2. Kegunaan  Makalah
1.3.2.1. Hasil makalah ini dapat dijadikan bahan masukan dan sumbangan pemikiran pembaca tentang pembaruan islam muhammadiyah. 
1.3.2.2  Dapat menambah referensi, khususnya bagi pembaca.

BAB II
LANDASAN TEORI
2.1. Muhammadiyah Multi Wajah
           Muhammadiyah sejak berdirinya memiliki karakter (watak yang khas), yamg membedakannya secara unik atau spesifik dari gerakan islam lainnya. Muhammadiyah berbeda dari Sarekat Islam dan Persatuan Islam kendati sama-sama modernis. Muhammadiyah berbeda dari Nahdlatul Ulama yang bermazhab dan berada dalam kultur tradisional, kendati kini mulai mengalami kemajuan dalam hal tertentu tidak jauh beda dengan Muhammadiyah, Muhammadiyah juga berbeda dari gerakan-gerakan islam yang muncul pasca reformasi, yang bercorak ideologis dan politis, kendati memiliki nasan ideologis dengan gerakan islam modernis. Watak khas atau karakter Muhammadiyah yang berbeda, selain memiliki kesamaan, perlu juga dibahas dan dikemukakan untuk semakin memahami gerakan islam yang didirikan oleh Kyai Ahmad Dahlan tersebut.
           Pembahasan mengenai karakter Muhammadiyah yang membedakan dirinya dari gerakan-gerakan islam lain tidak dimaksudkan untuk menonjolkan keunggulan Muhammadiyah seraya menempatkan gerakan islam lain sebagai berada dibawah atau seolah tidak memiiki keunggulan. Selain itu, penonjolan gerakan Muhammadiyah juga tidak dimaksudkan untuk memperlebar jarak apalagi menambah ta’ashub (fanatic golongan) yang dapat memecah-belah umat islam sebagai kesatuan ummah. Pengungkapkan tentang karakter Muhammadiyah lebih dimaksudkan untuk membedakan ciri khas dari suatu organisasi dibandingkan lainnya, yang tentu saja setiap gerakan islam memiliki ciri khas masing-masing. Pemamaparan tentang karakter Muhammadiyah maupun yang hendak mempelajari atau memahami gerakan islam ini agar memiliki pemahaman yang dipandang lebih tepat atau mendekati tentang Muhammadiyah.
           Bahwa kepentingan islam dan kesatuan umat islam merupakan suatu yang harus ditempatkan setinggi mungkin oleh setiap gerakan islam diindonesia maupun didunia muslim jelas tidak terbantahkan. Demikian pula harapan agar setiap gerakan semakin memperpendek perbedaan dan menyatukan sebanyak mungkin persatuan untuk kepentingan kejayaan umat islam merupakan hal sangat penting dan tak terelakan. Namun kenyataan juga tidak terbantahkan bahwa secara faktual historis dan sosiologis baik didunia islam atau diindonesia umat islam itu terbagi-bagi kedalam berbagai golongan dan organisasi pergerakan. Hal itu tidak menjadi kendala untuk membangun ukuwah atau persatuan dan kemajuan umat islam, sejauh semua gerakan islam tetap memelihara dan memperbesar kesadaran yang penting dan strategis. Kesamaan dan perbedaan dapat menjadi kekayaan dalam gerakan islam, yang paling penting semakin ditingkatkan berbagai iktiar untuk kian mendekatkan kesamman dan memperpendek perbedaan atau setidak-tidaknya memahami dan memupuk toleransi atas segala perbedaan sebagai rahmat bagi umat islam. Umat islam tidak mungkin berbeda dalam satuataan wadah dan satu warna, sehinggaa kennyataan sejarah dan sosiologis menjadi suatu fakta bahwa satu islam banyak warna.
MUHAMMADIYAH MULTI WAJAH
           Jika dinyatakan bahwa kelahiran Muhammadiyah di Indonesia pada awal abad ke-20 tidak lepas dari matarantai gerakan pemberharu di dunia islam sebelumnya, timbul pertanyaan adalah perbedaan Muhammadiyah dari gerakan-gerakan isalam yang disebutkan itu, selain persamaannya? Muhammadiyah sering ditampilkan dalam banyak corak atau wajah. Kadang ditampilkan corak “pemurnannya” sering dipertautkan dengan Ibn Tamiyah dan Muhammad bin Abdil Wahhab, bahkan sering disamakan dengan Wahhabi yang keras dan aku dalam memberantas “TBC” (tahayul, bid’ahdan kharuat juga syirik). Di lain sisi ditampilkan wajah pemberharuannya, sehingga sering dipertautkan dengan pemikiran Muhammad abduh, bahkan di sebagian masyarakat Indonesia kadang disebut sebagai “pembawa ajaran baru”. Dari sisi persamaan dan perbedaan Muhammadiyah dengan gerakan pemberharu islam lainnya maka tampak karakter tertentu dari Muhammadiyah sebagai gerakan islam.
           Di sinlah banyak “wajah” yang ditampilkan Muhammadiyah, sehingga Nakamura (1983: 226) membarikan penggambaran mengenai Muhammadiyah sebagai berikut: “Muhammadiyah adalah gerakan yang menampilkan banyak wajah. Dari jauh Nampak doktriner. Tetapi dilihat dari dekat, kita menyadari ada sedikit sistematis teologis. Apa yang ada disana agaknya merupakan suatu susunan ajaran moral yang diambil dari Al-Quran dan Hadist.nampak esklusif bila dipandang dari luar, tetapi sesungguhnya nampak terbuka bila berada didalamnya. Secara organisatoris nampak membebani, akan tetapi sebenarnya Muhammadiyah merupakan suatu kumpulan individu yang sangat menghargai pengabdian pribadi. Nampak sebagai orgaisasi yang sangat disiplin, akan tetapi tidak ada alat pendisiplinan yang efektif selain kesadaran masing-masing. Nampak agresif dan fanatic, akan tetapi sesungguhnya cara penyiarannya  perlahan-lahan dan toleran. Dan akhirnya tetapi yang paling penting,nsmpsk snit jawa,akan tetapi sebenarnya dalam banyak hal mewujudkan sifat baik orang jawa.barang kali kita bias mengatakannya disini, kita mempunyai satu kasus dari agama universal seperti islam yang menjadi tradisi agama yang hidup di lingkungan jawa”
           Dari sosok pendirinya. Kiay Ahmad Dahlan memang sering dipertautkan dengan pemikiran-pemikiran pemberharu sebagaimana disebutkan di atas dan hal itu wajar adanya karena sedikit atau banyak pengaruh pemikiran itu memang tidak dapat dihindari. Namun  terdpat pula kekhususan yang membedakan Kiay Dahlan dengan pemikiran-pemikiran dunia islam tersebut, disamping kesamaannya. Menurut Djawari Hadikusuma (t.t: 69), menilik segala tindakan dan amalan yang dikerjakan K.H.A. Dahlan denagan Muhammadiyahnya ternyata bahwa pwndiri Muhammadiyah itu telah memilihjalan yang ditempuh oleh Muhamasd “Abduh”. Mukti Ali (1990: 330), juga melihat sejumlah kesamaan pemikiran Kiay Dalhan dengan Abduh, sebagaimana dengan Ahmad Khan, yakni dalam hal pembentukan masyarakat dengan mengislamkan aspek-aspek aspek yang belum islam, menekankan dalam aspek social-kemasyarakatan dan bukan politik, menerima system barat dalam pendidikan dan social, hanua saja bedanya Dahlan juga melakukan pendidikan dan membuka gerakan untuk kaum perempuan yang tidak dilakukan Muhammad Abduh maupun Ahmad Khan.
           Ciri kuat dari pemikiran ketiganya (Dahlan, Abdhuh, dan Khan) ialah reformasi atau moderenisasi islam, yakni pembaharuan dengan mengedepankan nilai-nilai ajaran islam untuk mewujudkan ke dalam kehidupan modern. Kendati mendapat catatan, bahwa dari segi pemikiran teologis, Dahlan dan Abduh terdapat beberapa perbedaan, bahwaDahlan lebih condong kedalam paham jabariyah sedangkan Abduh ke qomariah. Dahlan dengan Muhammadiyah lebih ke literalisme “moderat” sedangkan Abduh ke “metamorfosisme” (Lubis, 1993: 183), suatu temuan atau analisis yang masih dapat diperdebatkan. Djazam Al-Kindi (1990: 323) bahkan mengembangkan tesis lain, bahwa Dahlan berbeda dengan tokoh-tokoh pemberharu lainnya di dunia muslim itu, yakni “kekhasan Ahmad Dahlan judtru terletak pada kearifannya untuk melihat agama pada aspek praktikannya sampai kedetail, dan tidak pada interpretasiteoritik yang tidak siap intuk menjadipedoman atau petunjuk bagi seseorang untuk beramal”.
Muhammadiyah juga sering disebut sebagai gerakan salaf (Abubakar Ajeh: loc.cit), yang melakukan pemurnian aqidah sebagaimana praktik zaman nabi dan generasi sebelumnya (Sahabat, Tabi’in, dan Tabi’in tabi’in) yang shalih (salaf al-salih). Dari swig aqidah Muhammadiyah memang menganut Salafiyah, sebagaimana pernyataan Tatjih (t.t.: 11), bahwa Muhammadiyah menjelaskan pokok-pokok kepercayaan yang benar dengan merujuk pada kalangan umat terdahulu yang selamat (al-firqat, al-najat min al-salaf). Gerakan ini ingin mengembalikan islamm pada ajaran yang murni, yang tidak tercampur oleh tradisi atau ajaran dari luar, sebagaimana berlaku di zaman nabi dan generasi salaf yang salihin. Namun dibandingkan dengan gerakan-gerakansalafiyah yang lain Muhammadiyah menunjukan karakter yang “Moderat” sehingga dimasukan kedalam katagori “ Salafiyyah Watsathiyyah”, yakni salafiyyah “modernis” yang cenderung ditengah-tengah, yang berbedadengan salafi yang radikal, serta berbeda pula dengan Salafiyah Muhammad bin Abdil Wahab dan Rasyid Ridha yang keras dan kaku (Azara, 2005: 12).
            Muhammadiyah juga secara popular dikenal sebagai gerakan islam modern atau modernism islam. Predikat modern, modernis atau moderenisme melekat atau dilekatkan pada Muhammadiyah,yang sering dibedakan secara tajam dengan organisasi islam “tradisional” Nahdatul Ulama (Dalier Noer, 1996; Alfian :1989). kendati demikian, terdapat perbedaan karakter gerakannya dibandingkan dengan islam modernis lainnya seperti Persatuan Ialam (persis).menurut Daniel Noer (op.cit. hal :302). Muhammadiyah sebagai sama-sama gerakan islam modern merupakan organisasi yang bersifat toleran, sedangkan Persatuan Islam bersifat keras dan nampaknya anti golongan kebangsaan. Robert W Hafier (2001: 189) bahkan mengkatagorisasikan Persatuan Islam mirip dengan Ikhuwanul Muslimin di Mesir dan Jama’at-ii-islam di Pakistan.alfian (1989: 5) menunjuk Muhammadiyah sebagai gerakan keagamaanyang reformis (religious reformist),selain sebagai agen perubahan (agen of social change) dan kekuatan moral politik (political force) yang menjalankan politik kebangsaan. Muhammadiyah menurut Geerts menaruh perhatian pda masalah-masalah politik serta mengajukan kerjasama denan pemerintah (Geerts, 1983: 1988)
            Dari banyak rujukan mengenai gambaran Muhammadiyah masa awal itu akan nampak sekali karakter reformis, modernis, dan moderat dari gerakan Muhammadiyah yang didirikan oleh Kyai Haji Ahmad Dahlan itu.kendati secara akidah tetep berpegang pada prinsip pemurnian (tandhif al-aqidat al-islamiyyah) dalam tema besar “kembali pasa Al-Quran dan As Sunnah Nabi” (al-ruju ila al-quran wa al-sunnah). Namun format dan alulturasi gerakannya sangat khas karena menunjukan eksistensi yang kokoh tetapi moderat,islam murni tetapi berkemajuan, dan melahirkan amalan-amalan social yang terlembaga. Karakter itu tumbuh dari watak utama Muhammadiyah sebagai gerakan tajdid filislam, yakni sebagai gerakan pemberharu islam.
2.2. Islam Moderat
Islam moderat sebenarnya memiliki rujukan pada sifat umat islam sebagaimana tersurat dalam Al Quran sebagai “muqtashid” (orang yang moderat) yang mengandung makna di tengah-tengah, seimbang, menjadi petunjuk, istiqomah, adil dan mudah. Islam moderat merupakan cerminan dari corak “ummat wasatha” yang menjadi ciri dari kualitas dan sosok “Khaira Ummah” sebagaimana termaktub dalam Al-Quran Surat Ali Imran 110.
Muhammadiyah tampak wajah moderatnya yang modernis ketika memilih gerakan amaliah sebagai ideology sosial dalam gerakannya. Kyai Dahlan dan Muhammadiyah generasi awal tidak terlibat dalam wacana perdebatan teologis dalam gerakan pembaruannya. Dalam pemikiran boleh jadi Ahmad Dahlam tidah kaya pemikiran seperti Ibn Taimiyah dan Muhammad Abduh, meskipun gagasan-gasgasan dasar pemikirannya tetap kuat dan bersifat terobosan. Namun dalam pembaruan amaliah, Kyai Dahlan dan Muhammadiyah justru melampau kedua pembaru dunia islam tersebut sebagaimana diakui oleh Mukti Ali dan Nurcholis Madjid. Mukti Ali bahkan menyatakan dalam pembaruan amaliah termasuk dalam melahirkan pembaruan memperkenalkan gerakan perempuan Islam justru pendiri Muhammadiyah unggul ketimbang Abduh dan lainnya. Sedangkan menurut Nurcholis, pembaruan ini telah menjadi kisah sukses bukan hanya di Indonesia tetapi Islam di dunia internasionaldan hal itu sangat penting karena Islam memperoleh model eksistensinya pada amal. Gerakan amaliah kemasyarakatan itulah yang menjadi ciri atau karakter ideology pembaruan Muhammadiyah yang bersifat memberdayakan dan membebaskan. Disinilah watak modernis sekaligus moderat Muhammadiyah, yang menampilkan pembaruan Islam dalam bentuk pranata sosial baru berbagai ideology sosial Islam yang bersifat transformative, yakni Islam yang menghadirkan perubahan kearah kemajuan.
Muhammadiyah kendati mengembangkan tajdid, ijtihad, dan pemikirannya yang dinamis tetapi tetap memelihara pemurnian, kendati konsep pemurnian dapat diperdebatkan dalam wacana keislaman. Dalam dinamika gerakan islam yang serba ekstrem itu tampak sekali posisi dan watak moderat Muhammadiyah sebagai gerakan reformis atau modernis atau pembaruan. Karena itu watak moderat yang progesif, sehingga dapat dikatakan sebagai gerakan yang moderat-progresif atau progresif-moderat.
Dalam gerakannya, Muhammadiyah juga lebih menonjolkan orientasi Islam yang bergerak dalam dakwah amaliah kemasyarakatan dan tidak berorientasi pada kekuasaan politik sebagaimana gerakan-gerakan Islam ideologis era sekarang ini. Orientasi pada dakwah kemasyarakatan sejalan dengan tujuan mewujudkan “kehidupan sepanjang kemauan ajaran Islam” sebagaimana tujuan Muhammadiyah generasi awal atau di kemudian hari drumuskan dalam tujuan mewujudkan “masyarakat Islam yang sebenar-benarnya”. Memilih orientasi gerak pada pembentukan masyarakat dan tidak bergerak dalam lapangan kekuasaan politik kenegaraan bahkan pernah diperdebatkan Antara Agus Salim dan Kyai Dahlan tahun 1918, yang akhirnya Kyai Dahlan tidak mengikuti saran Agus Salim untuk menjadikan Muhammadiyah sebagai gerakan politik mengikuti pendapat Agus Salim.
Muhammadiyah mengambil posisi modernis, reformis, dan moderat dalam membangun masyarakat Islam dan tidak membangun masyarakat Islam dan tidak membangun Negara Islam tampak disadari sejak awal dan ditanfidzkan atau diformalisasi oleh Muhammadiyah periode selanjutnya dalam perjalanan gerakan Islam ini. Posisi ini tampaknya bukan jalan pelarian dari gerakan Islam ini karena ketidakmampuan atau ketersisihan dari dunia politik kala itu, sebab pada masa penjajahan Muhammadiyah menyadari betul posisinya dalam negara atau pemerintahan colonial maupun pada masa setelah Indonesia merdeka dan memiliki pemerintahan sendiri. Pada masa awal Kyai Dahlan dan Muhammadiyah bekerjasama dengan pergerakan Sarekat Islam. Pada masa setelah kemerdekaan meskipun menjadi Anggota Istimewa Partai Majelis Syuro Muslimin Indonesia sejak tahun 1945 hingga partai Islam modernis ini dibubarkan tahun 1962, Muhammadiyah tetap tidak memilih menjadi partai politik atau menghimpitkan secara langsung dengan partai politik. Demikian pula ketika masa transisi dalam awal rezim Orde Baru Muhammadiyah menolak tawaran Pejabat Presiden Soeharto agar menjadi partai politik sendiri daripada menghidupkan kembali Masyumi. Semua itu menunjukkan pilihan sadar dari Muhammadiyah secara factual istiqomah dalam gerakan lapangan kemasyarakatan dan tidak dalam pergerakan  politik kenegaraan apalagi membentuk negara Islam.
Posisi dan pilihan Muhammadiyah untuk tidak membentuk negara Islam dan lebih terfokus pada cita-cita membangun masyarakat Islam secara tidak langsung tetapi tampak jelas terkandung pada butir kelima Matan Keyakinan dan Cita-cita Hidup Muhammadiyah sebagai konsep ideology yang dirumuskan tahun 1968-1969. Dalam MKCH Muhammadiyah mengajak segenap lapisan bangsa Indonesia yang telah mendapat karunia Allah berupa tanah air yang mempunyai sumber-sumber kekayaan, kemerdekaan bangsa dan negara Republik Indonesia yang berfilsafat Pancasila, untuk berusaha bersama-sama menjadikan suatu negara yang adil makmur dan diridhoi Allah SWT :”BALDATUN THAYYIBATUN WA RABBUN GHAFUR” (PP Muhammadiyah, 2009:52). Dalam Kepribadian Muhammadiyah pada sifat kesembilan juga dinyatakan sebagai berikut: “membantu pemerintah serta bekerjasama dengan golongan lain dalam memelihara dan membangun Negara mencapaibmasyarakat adil makmur yang diridlai Allah,(10) Bersifat adil serta korektif ke dalam dan ke luar dengan bijaksana (PP Muhammadiyah, 2009:45.
Sikap dasar Muhammadiyah sebagaimana terkandung dalam Kepribadian Muhammadiyah dan MKCH Muhammadiyah tersebut menunjukkan pilihan sadar Muhammadiyah untuk tetap memilih Negara Republik Indonesia yang berfalsafah Pancasila sebagai pilihan berbangsa dan bernegara. Muhammadiyah tidak memilih dan memperjuangkan format Negara Islam di Negara Republik Indonesia. Muhammadiyah berjuang untuk “menegakkan dan menjunjung tinggi Agama Islam sehingga terwujud masyarakat Islam yang sebenar-benarmya” di Negara Republik Indonesia dan menjadikan Indonesia sebagai “baldhataun thayyibatun wa rabbun ghafur” sebagaimana idealism atau ideology gerakan Muhammadiyah. Dari pandangan dan pilihan gerakan Muhammadiyah tersebut tampak orientasi Muhammadiyah yang menempatkan masyarakat jauh diatas negara, tetapi sekaligus sikap proaktif gerakan Islam ini untuk membangun negara yakni Negara Republik Indonesia yang berfalsafah dasar Pancasila untuk menjadi negara yang maju, adil, makmur, bermartabat, dan berdaulat atau menjadi negara yang utama sebagaimana pesan cita-cita ideal ”baldatun thayyibatun wa rabbun ghafur”.
Disinilah sikap moderat  Muhammadiyah. Sikap moderat Muhammadiyah juga bukan berarti plin-plan dan pragmatis, karena jika menyangkut prinsip akidah dan ibadah atau sesuatu yang fundamental tetap kokoh.
Karakter moderat atau tengahan Muhammadiyah tidak bersifat politik, yakni sekedar ingin berbeda dari yang lain. Juga bukan karena mengambil sikap aman dari resiko dalam pemikiran maupun aksi. Sikap dan pilihan moderat Muhammadiyah itu memiliki rujukan pada “teologi khaira ummah” atau “ummatan wasatha” dan secara kesejarahan terlahir dalam kultur gerakan yang memang tengahan atau moderat sebagaimana ditampilkan oleh Muhammadiyah generasi awal di masa Kyai Dahlan.
2.3. Kepribadian Muhammadiyah
Pengertian Keperibadian Muhammadiyah
           Kepribadian adalah nilai-nilai karakteristik, watak sikap dan sifat serta keyakinan dan cita-cita hidup dari seseorang atau suatu persyarikatan. Jadi, dengan kepribadian muhammadiyah kita dapat mengenal nilai karakteristiknya, watak dan sikapnya, sifat-sifatnya, serta keyakinan  dan cita-citanya.
           Karakter umat tengahan atau moderat secara khusus dapat dirujuk pada kepribadian Muhammadiyah. Sepuluh sifat yang menjadi ciri Kepribadian Muhammadiyah tersebut ialah sebagai berikut :
1.      Beramal dan berjuang untuk perdamaian dan kesejahteraan 
2.      Memperbanyak kawan dan mengamalkan Ukhuwah Islamiyah
3.      lapang dada ,luas pandangan ,dengan memegang teguh ajaran Islam 
4.      Bersifat keagamaan dan kemasyarakatan 
5.      Mengindahkan segala hukum,undang-undang ,peraturan ,serta dasar dan falsafah negara yang sah
6.      Amar ma’ruf nahi munkar ishlah dan pembangunan ,sesuai ajaran islam
7.      kerjasama dengan dorongan islam manapun juga dalam usaha menyinarkan dan mengamalkan agama islam serta membela kepentingannya,
8.       membantu memerintah serta bekerjasama dengan golongan lain dalam memelihara dan membangun negara mencapai masyarakat adil dan makmur  yang diridhoi Alloh ,dan
9.      bersifat adil serta korektif kedalam dan keluar dengan bijaksana.
        Latar belakang yang mewarnai dilahirnya Kepribadian Muhammadiyah ialah masuknya pemikiran dan cara-cara politik dalam mengolah dan menggerakkan Muhammadiyah setelah Masyumi  di bubarkan dan orang-orang Muhammadiyah yang berkecimpungan di partai politik islam tersebut kembali ke Muhammadiyah .
Agar cara politik  dan ala partai politik itu tidak merusak nada dan irama gerak Muhammadiyah, maka diperlukan bingkai yang menuntut dan menjadi acuhan bagaimana warga Muhammadiyah menggerakkan organisasi ini dengan Muhammadiyah  bukan cara partai atau cara politik. Cara Muhammadiyah itu bertumpu pada Kepribadian Muhammadiyah sebagai Gerakan Islam yang menempuh jalan pembentukan masyarakat itu,melalui sepuluh sifat yang terkandung di dalamnya ,merupakan penegasan tentang jatidiri sebagai Gerakan islam yang menempuh cara dakwah islam al-amr bi al-ma’ruf ma al-nahy’an-munkar,yang tidak menempuh cara dan jalan politik.cara-cara politik itu antara lain mengejar dan merebut jabatan,saling menjatuhkan,saling memfitnah,selalu berkonfrontasi,melakukan politik belah bambu dan praktik politik uang.selain   itu , di perlukan  penghayatan,pemahaman,dan pengalaman yang mendalam mengenai watak gerakan Muhammadiyah sebagaimana kelahirannya.memahami kepribadian Muhammadiyah dan pedoman hidup Islami warga Muhammadiyah perlu di lakukan oleh seluruh anggota.Upaya untuk mengikat anggota Muhammadiyah kedalam nilai-nilai mendasar yang menjadi acuhan bagi prilaku sehari-hari   penting untuk di mantapkan khususnya melalui pedoman hidup islami warga Muhammadiyah (PHIWM ) Hasil Muktamar ke 44 tahun 2000 di Jakarta . PHIWM” adalah seperangkat nilai dan norma islam yang bersumber pada al-quran dan sunnah untuk menjadi pola bagi tingkah lakun warga Muhammadiyah dalam menjalani kehidupan sehari-hari sehingga tercermin kepribadian Islam menuju terwujudnya masyarakat Islam yang sebenar-benarnya.
     Hal yang penting dari pemahaman tentang karakter gerakan Muhammadiyah sebagai gerakan Islam ialah menampilkan islam yang berpijak secara benar dalam otentisitas Al-quran dan Sunnah Nabi yang maqbulah dengan mengembangkan penggunaan akal pikiran yang sesuai jiwa ajaran islam.Islam yang otentik berdasar pada sumber ajaran  yang murni dikembangkan dengan ijtihad dan penggunaan akal pikiran sesuai dengan manhaj islam dalam Muhammadiyah .
     Muhammadiyah dalam mewujudkan islam menempuh langkah dakwah dalam kehidupan pribadi,keluarga ,dan masyarakat dengan menggunakan cara – cara dan prinsip dakwah sebagaimana mestinya sesuai dengan tingkat perkembangan dan alam pikiran masyarakat.Muhammadiyah dalam gerakannya menampuilkan idiologi garakan yang bersifat pembaharuan dalam bentuk pelembagaan amal shaleh dalam bentuk amal sosial kemasyarakatan yang memperdayakan, membebaskan, dan mencerahkan kehidupan masyarakat. Muhammadiyah dalam bersikap mengedepankan prinsip-prinsip Islam yang Wasithiyyah ( tengahan ) seperti kebaikan ,keadilan ,toleransi,perdamaian,keseimbangan ,hikmah ,dan langkah-langkah yang mengedepankan kemaslahatan sehingga islam tampil sebagai risalah rahmatan Lil-‘alamin dalam kehidupan sepanjang zaman.
Dari uraian di atas maka terdapat karakter yang menjadi ciri khas Muhammadiyah, yakni:
1.      Kembali pada al-quran dan as-Sunnah bukan sekedar melakukan pemurnian ajaran tetapi sekaligus pembaharuan untuk menghadirkan islam yang otentik dan berkemajuan di tengah tantangan zaman.
2.      Menunjukan sikap Wasithiyyah ( tengahan ) dan  tidak ghulul ( ekstrem) dalam beragama dengan tetap istiqamah pada prinsip-prinsip islam yang bersumber pada Al-quran dan Sunnah Nabi yang Shahihah/maqbulah serta mengembangkan akal-pikiran yang sesuai dengan jiwa ajaran Islam
3.      Memandang Islam sebagai agama yang berkemajuan ( din al-hadlarah ) dan mengandung satu kesatuan ajaran yang utuh menyangkut aspek –aspek aqidah,ibadah,akhlak ,dan mu’amalat-dunyawiyah ,tanpa memandang satu aspek lebih penting dari yang lainnya serta mewujudkannya dalam kehidupan pribadi,keluarga,dan masyarakat melalui proses dakwah yang terus menerus
4.      Pandangan tentang pembaharuan cenderung seimbang antara permurnian ( purifikasi,tajrid,tandhif) dan pengembangan ( dinamisasi,tajdid.ishlah ) sehingga tidak bersifat ekstrem tetapi tetap progresif atau berorientasi pada kemajuan
5.      Ideologi gerakan Muhammadiyah lebih berwatak reformisme atau modernisme Islam yang mengedepankan penerapan nilai-nilai dari prinsip Islam dalam kehidupan dan lebih berorientasi pada pembentukan masyarakat Islam
6.      Menampilkan corak Islam yang mengedepankan amaliah yang terlembaga dan terorganisasi sebagai perwujudan dari keyakinan dan pemahaman Islam dalam Muhammadiyah
7.      Perjuangan Muhammadiyah lebih memilih jalan dakwah sebagai organisasi kemasyarakatan dan tidak menempuh jalur politik-praktis di ranah perjuangan kekuasaan negara sebagaimana partai politik ,dengan tetap menjalankan peran-peran kebangsaan untuk mewujudkan cita-cita Baldatun Thayyibatun Wa Rabbun Ghafur
8.      Dalam memposisikan diri di hadapan negara /pemerintah senantiasa mengembangkan sikap amar-ma’ruf nahi-munkar dalam makna memberikan dukunganpada kebijakan-kebijakan yang di pandang tidak baik secara bijaksana
9.      Menerima negara Republik Indonesia yang berdasarkan pancasiula dan UUD tahun 1045 sebagai negara-bangsa ( nations-state) yang sah sejalan dengan cita-cita Baldatub Thayyibatun Wa Rabbun Ghafur
10.  Sejalan dengan kpribadian Muhammadiyah dalam memperjuangkan sesuatu lebih mengedepankan sikap toleran,demokratis,damai,cerdas,bekerjasama dengan golongan manapun untuk kebaikan ,kuat dalam prinsip tetapi luwes dalam cara ,dan menjauhi konfrontasi apalagi kekerasan ,serta
11.  Bergarak melalui sistem organisasi ( persyarikatan ) dan tidak bersifat perorangan dengan menjujungi tinggi semangat kolektif-kolegial ,demokratis,musyawarah,dan ukhuwah .





BAB III
PENUTUP
3.1. Kesimpulan
Muhammadiyah sering ditampilkan dalam banyak corak atau wajah. Kadang ditampilkan corak “pemurnannya” sering dipertautkan dengan Ibn Tamiyah dan Muhammad bin Abdil Wahhab, bahkan sering disamakan dengan Wahhabi yang keras dan aku dalam memberantas “TBC” (tahayul, bid’ahdan kharuat juga syirik). Di lain sisi ditampilkan wajah pemberharuannya, sehingga sering dipertautkan dengan pemikiran Muhammad abduh, bahkan di sebagian masyarakat Indonesia kadang disebut sebagai “pembawa ajaran baru”. Dari sisi persamaan dan perbedaan Muhammadiyah dengan gerakan pemberharu islam lainnya maka tampak karakter tertentu dari Muhammadiyah sebagai gerakan islam.
Karakter moderat atau tengahan Muhammadiyah tidak bersifat politik, yakni sekedar ingin berbeda dari yang lain. Juga bukan karena mengambil sikap aman dari resiko dalam pemikiran maupun aksi. Sikap dan pilihan moderat Muhammadiyah itu memiliki rujukan pada “teologi khaira ummah” atau “ummatan wasatha” dan secara kesejarahan terlahir dalam kultur gerakan yang memang tengahan atau moderat sebagaimana ditampilkan oleh Muhammadiyah generasi awal di masa Kyai Dahlan.
Kepribadian adalah nilai-nilai karakteristik, watak sikap dan sifat serta keyakinan dan cita-cita hidup dari seseorang atau suatu persyarikatan. Jadi, dengan kepribadian muhammadiyah kita dapat mengenal nilai karakteristiknya, watak dan sikapnya, sifat-sifatnya, serta keyakinan  dan cita-citanya.








DAFTAR PUSTAKA
Haedar Nashir, Muhammadiyah Gerakan Pembaruan, Suara Muhammadiyah, Yogyakarta, 2010

Tidak ada komentar:

Posting Komentar